Minggu, 07 Februari 2010

SARI DAN RASA

Aku berusaha mengenali diriku selalu, namun yang kutemukan bukan diriku
Melainkan dirimu.Dirimu yang jika menangis aku menjadi khawatir.
Begitu pula saatku meditasi, yang kulihat hanya dirimu.
Dirimu yang jika tenang akupun menjadi tenang.

Dunia yang kutahu saat ini sudah rapuh, dan aku tidak ingin kamu menjadi rapuh.
Percaya atau tidak, namun inilah yang kita hadapi saat ini.
Tolonglah,jangan pernah kau gusar.

Tolong,ini permintaanku terakhir kepadamu:
Jangan pernah khawatir terhadap hidup ini
Surga dan Neraka semua ada di dalam hidup kita ini, Sayang
Disinilah seni hidup ,di Bumi bukan di Langit Ketujuh.





Teruntuk Tumbuhan,Gunung-gunung,Air,Api,Udara,Tanah,Matahari,Bulan,Bintang ,makhluk halus, Binatang dan Manusia
Demi darah yang mengalir dalam diriku aku cinta kalian semua. Dan suatu saat aku yakin kita akan perang bersama dalam satu panji. Dalam panji Alam, untuk memerangi Rasku;Manusia.

Rabu, 20 Januari 2010

Review Buku

Judul : Zaman Edan ( Indonesia di ambang kehancuran)
Penulis : Richard Llyod Parry


Ada tiga bahasan yang terdapat di buku ini yaitu mengenai pertempuran suku, antara suku Madura dan Dayak yang sampai pada akhirnya pertempuran tersebut juga dilanjutkan oleh ras melayu. Lantas juga mengenai kasus Mei 1998 dimana saat itu Indonesia sedang mengalami depresi ekonomi yang dilanjutkan dengan aksi mahasiswa besar-besaran dan yang terakhir ialah mengenai kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Timor timur yang dilakukan oleh TNI dan Brimob. Di dalam buku yang terdiri dari 451 halaman, hampir keseluruhan membahas berbagai macam kekerasan dan konspirasi. Yang menarik pada buku ini ialah penulis memunculkan ke permukaan bahwa dalam tiga kasus besar tersebut ada keterlibatan TNI dan Brimob. Dan nama yang sering muncul pada buku tersebut yang dianggap sebagai dalang kekerasan yang melanda daerah-daerah konflik ialah Wiranto dan Prabowo. Dalam hal pendanaan persenjataan,perekrutan lumpen-lumpen seperti Eurico Guiteres dan perintah untuk melakukan semua tindakan represif, Wiranto dan Prabowo punya andil dalam hal tersebut, Begitu menurut penulis yang mendapatkan data dari penduduk setempat,tokoh masyarakat,tokoh agama,mahasiswa,diplomat hingga gerilyawan yang berada di dalam hutan.Setelah membaca buku ini aku jadi ingat kutipan Crimethinc yang berkata “ apabila kamu percaya dengan aparat, itu sama saja kamu rela peluru mereka bersangkar dikepalamu”.Tabik.

Jumat, 15 Januari 2010

AKU JANJI PADA DIRIKU SENDIRI AKU AKAN SELALU BANGUN DAN TIDAK AKAN PERNAH TIDUR

Aku tadi baru saja makan, sekarang aku kenyang namun aku tahu ada orang disekelilingku baik yang kukenal maupun tidak kukenal yang sampai saat ini masih berusaha mencari uang untuk memenuhi kehidupannya, termasuk memenuhi kebutuhan akan rasa lapar.Kebutuhan dasar manusia selain seks.

Jika dirunut kembali aku masih ingat sebelum aku makan tadi, aku sama sekali tidak memegang uang sepeser pun. Yang ada hanya rokok Djarum Superku,itupun sebatang.Uang di dompetku memang sudah menipis dari seminggu yang lalu.Sebabnya, akupun tak tahu. Karena aku merasa jalani hari demi hari paling-paling hanya makan sehari dua kali ditambah rokok,nonton bioskop itu juga hanya sesekali.Jalan-jalan sekitar bulan ini?itu juga tidak pernah. Yang aku tahu hanya akibatnya sekarang yaitu: uangku sudah habis titik.

Selang beberapa hari disaat keuanganku menipis aku memberanikan diri untuk memberitahukan diriku saat ini sedang tidak punya uang kepada mereka, orang tuaku dan pada akhirnya tadi, aku mendapat suntikan dana kembali dari mereka(karena anak takdir sebenarnya ialah sang parasit buat orang tua).Di sms lah aku oleh ayahku bahwa uang sudah ditransfer.Sorenya aku pun mengambilnya.Kuambil pecahan dua puluh ribu agar mudah aku membeli barang yang harganya murah karena biasanya apabila kelipatan lima puluh ribu hingga seratus ribu pedagang malas untuk melayaniku yang punya kebiasaan membeli rokok hanya tiga batang saja. Alasannya dari dulu sama:tidak ada kembaliannya A’.

Setelah mengambil uang aku pun langsung membeli beberapa kebutuhanku seperti pulsa,rokok dan makanan. Menu makan malamku kali ini ialah ayam presto.Ayam goreng yang bertulang lunak yang di dalamnya kita bisa menambah tambahan variasi seperti kol dan usus goreng.

Ritual makan malamku sudah selesai. Aku seperti lupa daratan karena menemukan titik nyaman ; aku saat ini sudah menyimpan uang di dompetku. Baru berjalan beberapa meter dari tempat makanku tadi,semua berubah. Pikiranku tiba-tiba menjalang. Aku melihat tukang jagung bakar yang kemungkinan besar tidak punya daya saing besar dengan pasar Jatinangor(dengan kios-kios makanan kecil lainnya),seperti halnya Indonesia menjalin hubungan perdagangan bebas dengan Cina. Yang punya tujuan buatku pribadi ialah berusaha untuk membunuh dirinya sendiri.

Aku tetap berjalan kala itu namun setelah melangkah sekitar dua langkah seperti ada cahaya kilat yang menghampiriku,lalu muncul rasa dan akupun tahu rasa itu.Itu iba. Iba yang aku maknai sebagai rasa khawatir,rasa sakit jika melihat saudaranya sendiri dibunuh pelan-pelan oleh keadaan yang tidak pernah adil bagi hidupnya.

Lalu kuurungkan niatku untuk terus terus tetap berjalan. Aku berbalik ke belakang menghampiri pedagang jagung bakar tersebut. Aku bilang padanya” A’ jagung bakar satu” ,pedagang jagung bakar itupun langsung segera bangun dari duduknya dan sesegera mungkin membakarkan jagungnya itu buatku. Aku bertanya lagi padanya “ baru A’ dagang disini? Soalnya saya ga pernah ngeliat AA’ dagang disini”, dia pun menjawab “ iya A’ saya baru jualan didieu,ini juga nyoba-nyoba”. Mendengar jawabnya aku tidak mengeluarkan respon apapun.Setelah menunggu jagung bakarku jadi. Aku bertanya lagi padanya “berapa A’? dia menjawabnya “dua ribu aja A’. Aku membayarnya dan berucap “nuhun A’ semoga yang beli rame A’ soalnya malem ini lagi dingin” dia pun menjawab “ iya A’ “, sambil tersenyum. Setelah jagung bakarku jadi aku pun mengucapkan terima kasih lagi lalu aku melangkah,langkah kali ini sedikit mudah tidak seberat tadi namun tetap saja pikiranku masih saja menjalang.

Sesampainya aku dikosan aku lalu ke kamar temanku.Kuberikan temanku itu jagung bakar yang telah kubeli tadi karena aku sudah kenyang. Tanpa berbasa basi dengannya aku langsung masuk ke kamarku. Aku kunci kamarku lalu mulailah sebuah petualangan rasa dan pikir di dalam kamarku .Kunyalakan dupa,duduk dengan tenang lalu mulai kutarik nafas dalam-dalam.

Cerita petualangan ini berawal ketika aku mulai menolak sistem amal,zakat dan sumbangan. Aku menolaknya dengan keras karena satu alasan dengan cara itu manusia tidak akan melihat manusia sebagai manusia. Yang memberi amal,zakat atau sumbangan meskipun niat mereka baik namun tetap saja jatuhnya ada suatu kecelakaan prosedural yang salah dalam sebuah sistem kebudayaan seperti ini.Mungkin kalian sudah tahu kata-kata mutiara seperti “tangan diatas lebih baik ketimbang tangan yang di bawah”. Dengan kata-kata tersebut sudah jelas bukan, nilai kebaikan punya siapa dan yang akan mendapatkannya siapa.

Dalam petualangan alam bawah sadarku, aku pun tidak bisa memungkiri cara orang beramal,berzakat dan memberi sumbangan itu ialah salah satu cara yang efektif namun……




Aku membuang nafas secara perlahan,kubuka kedua mataku. Aku sadar untuk kesekian kalinya, aku tahu siapa-siapa saja yang harus kubuat mampus untuk kedepannya. Semoga diriku panjang umur agar aku mampu membunuh mereka dengan tanganku sendiri.Dengan panah Rama untuk membungkam Rahwana dan para raksasa yang menahan kekasihnya,Shinta.

Kamis, 07 Januari 2010

Kungkum

Dengan membawa bir,makanan ringan dan uang secukupnya,aku dan beberapa kawanku pelesir ke pantai. Pelesir kali ini buatku pribadi ialah keinginanku untuk melihat dan menyatukan diriku kembali dengan apa yang dinamakan Gan Eden,Pairidaeza,Taman Firdaus atau apalah itu namanya(aku tidak butuh penamaan dan definisi yang jelas sebenarnya dalam mengungkapkan sebuah makna).

***

Taman Firdaus yang kumaksud bukanlah sebuah pantai yang memesonakan matamu. Tempat atau wadah itu lebih dari pikiran kita yang picik (rasionalitas modern,hitung-hitungan yang sangat matematis).Maka tolong lupakan gambaranmu mengenai Surga,taman Firdaus,Promise Land yang kamu dapat dari buku-buku.Karena hal ini ialah suatu yang purba, maka kamu tidak bisa menjawabnya hanya dengan cara ingin tahu lalu browsing di internet atau membeli buku lalu mendapat pengertian akan hal itu.Tidak wahai Homo Sapiens.Tidak.Engkau tidak akan pernah mengerti jika engkau aku dan semuanya tidak pernah mempertautkan dirimu dengan merasakan lantas menjalaninya dengan cara yang lembut namun panas seperti bara api,dengan asah dengan asih dengan asuh.Sesuatu yang purba.Dimana bukan bunga yang kamu cari namun akar dan tunas yang kamu genggam dan kamu tanam.

***

Aku tidak memilih laut sebagai tempat pencarian atas diriku,begitu pula laut tidak memilihku untuk mengunjunginya. Sebenarnya hanya sebuah ikatanlah yang dengan sadar aku terlibat di dalamnya yang pada akhirnya aku dan laut punya kerinduan yang terdalam Sebuah ikatan yang dilupakan oleh kita semua dimana unsur air meliputi hampir dikeseluruhan tubuh kita begitu juga bumi yang selalu menyimpan unsur air disekitarnya baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat.

Sesaat setelah aku sampai di bibir pantai aku mulai mengucapkan salam.Aku berkata kepada laut “wahai Indung betapa rindunya diriku ini kepadamu”. Lalu aku mulai mendatanginya,aku mencoba melarungkan diriku dan mulai melontarkan kata-kata purba yang dulu muncul dalam meditasiku.Kubisikan kata-kata tersebut dalam hatiku.Dengan pengulangan yang ikhlas. Seketika itu juga badanku hangat. Aku Shunya. Nibbana ini dengan perlahan membuatku hangat. Begitu hangat dan lambat. Hingga di satu titik aku sadar aku ialah anak haram dari peradaban ini.

Minggu, 19 April 2009

Kak Seto dan Si Komo

Siapa dari kalian yang tidak mengenal kak Seto? seorang yang dulunya dikenal karena boneka Komonya, seorang yang konsisten terhadap gaya rambutnya, yang dicintai anak-anak, menjadi figur buat orang tua dan sekarang ini menjadi ketua komisi perlindungan anak di Indonesia. Sepanjang beliau merintis kariernya di bidang “pecinta anak”, beberapa kasus kekerasan maupun eksploitasi anak banyak yang ditangani oleh beliau dan hampir keseluruhan kasus tersebut mampu ditengahi dan diselesaikan oleh beliau. Seperti dalam kasus Riko Ceper yang memacari anak di bawah umur,Zarima sang Ratu Ekstasi yang menuntut hak asuh anaknya, kekerasan di sekolah antara senior terhadap juniornya, Syekh puji yang menikah siri dengan anak di bawah umur dan tuntutan Maya Ahmad terhadap suaminya yang Rockstar itu, Ahmad Dhani, karena mempekerjakan anak mereka sebagai artis sinetron.

Tidak usah diragukan lagi kemampuan Seto Mulyadi yang kerap kali kita memanggilnya dengan panggilan akrab kak Seto, dalam menekuni kariernya di bidang “pecinta anak”. Jelas semuanya terbukti secara tersirat di media yang menyimpulkan bahwa kak Seto lah duta bagi anak- anak yang tercerabut hak hidupnya.


Kak Seto memang baik seperti apa yang telah digembar-gemborkan oleh media, tapi beliau sedikit lupa atau mungkin juga malas untuk mengunjungi anak-anak yang terlahir dari keluarga yang miskin yang notebenenya jelas tidak populer. Mungkin beliau juga kurang suka jalan-jalan karena sampai saat ini aku tidak pernah melihat batang hidungnya di kawasan di mana saat ini aku tinggal untuk sementara, Jatinangor. Kawasan pelajar yang tak pernah sama sekali aku anggap sebagai kawasan yang mendukung dan memfasilitasi pelajar untuk mengembangkan daya belajarnya. Malahan aku menganggap sebagai kawasan kuliner karena banyaknya kedai makanan yang jumlahnya mampu menyaingi jumlah kamar kostan di kawasan Jatinangor.

***

Karena begitu banyaknya mahasiswa dan mahasiswi yang tinggal di Jatinangor, salah satu ide baik jika seseorang atau kelompok usaha mendirikan kedai makanan di kawasan ini. Biasanya dalam setiap kedai makanan yang saya singgahi, mempunyai beberapa pegawai yang siap melayani kebutuhan perut mahasiswa yang keroncongan guna meningkatkan percepatan produksi dan hasil dalam sebuah kedai makanan tersebut.

Biasanya hampir kebanyakan pegawai-pegawai yang dipekerjakan disini ialah anak-anak, yang kiranya berumur belasan tahun, baik laki-laki maupun perempuan, dan hampir kebanyakan pegawai tersebut diambil dari luar daerah seperti Garut, Tasik dan Sumedang. Baik kedai makanan yang buka setengah hari maupun yang buka 24 jam hampir keseluruhan mempunyai karakteristik yang sama dalam mempekerjakan pegawainya dalam hal usia yaitu: masih anak-anak dan remaja.

Alasannya pun sangat jelas kenapa kebanyakan dari mereka yang mempunyai kedai-kedai makanan khususnya yang buka 24 jam selalu mepekerjakan mereka. Alasannya sangat jelas, ialah karena upah kerja mereka murah.

Aku tahu upah mereka murah pun dari beberapa kawanku yang memang hobi ngopi atau sekedar numpang nonton bola. Makanya mereka banyak mengetahui gosip-gosip hangat di beberapa kedai makanan di Jatinangor. Seperti ada salah satu kedai makanan yang menggaji pegawainya hanya setahun sekali, disaat Lebaran tiba, sisanya hanya kewajiban pemilik kedai untuk membiayai kebutuhan sehari-hari mereka, makan dan rokok.

Sedangkan yang kuketahui sendiri mengenai kehidupan pegawai (yang sebenarnya masih butuh belaian orang tua ),yang bekerja di kedai-kedai makanan ialah sudah tidak adanya kesadaran penuh terhadap diri mereka sendiri. Jangan terlalu berpikiran jauh terhadap kesadaran penuh yang ku utarakan tadi, jangan jauh-jauh berpikiran yang kumaksudkan tadi ialah kesadaran penuh untuk memberontak. Yang kumaksudkan di sini ialah kesadaran penuh dalam hidupnya sehari-hari(cukup tidur). Karena sudah sering aku dapati mereka apabila aku sedang memesan makanan atau membeli rokok, mereka melayaniku dengan wajah yang lemas, mata yang merah dan acap kali selalu lupa terhadap apa yang aku pesan. Ini jelas mereka kurang tidur dan jika tidur pun menurutku tempat tidur mereka yang mereka singgahi juga tidak layak untuk dibuat tidur. Karena dari beberapa tempat yang biasa kusinggahi ada kedai makanan yang menyatukan antara dapur kedai dengan tempat tidur pegawai jadi secara langsung asap ataupun bebauan yang muncul dari dapur dengan mudahnya masuk kekamar mereka dan ada juga kedai makanan, antara kamar tidur pegawai dengan kamar mandi dipisahkan hanya dengan menggunakan sekat saja. Dan buatku hidup yang mereka jalani ini sungguh brutal,tidak menyedihkan melainkan sungguh brutal.

***

Saat ini apa mungkin si Komo mau mampir menjenguk anak-anak yang bekerja di Jatinangor, Apa jangan-jangan si Komo tidak akan pernah mau dateng ke Jatinangor, Apa jangan-jangan si Komo hanya menyediakan jasanya buat para orang tua yang bergelar artis dan konglomerat saja, Apa jangan-jangan si Komo banci kamera yang akan muncul dan menunjukan keberadaanya jika banyak kamera yang menyoritinya.


Disuatu saat pegawai-pegawai cilik pun berkata “ Kak Seto dan Komo mampir dong ke Jatinagor untuk melihat keadaan kita”
Kak Seto dan Komo pun menjawab” Lebok siah(makan tuh)”.

Padahal ini baru Jatinangor, belum daerah-daerah yang lainnya. Tapi sudah seperti ini jawabannya.Ckckck

Jumat, 06 Februari 2009

AKU INGIN BERCERITA

Diawal tahun ini ada beberapa hal yang tiba-tiba muncul dikehidupanku. Hal yang tiba-tiba, yang tiba-tiba mengakibatkan ketiba-tibaan lainnya muncul dan inipun lantas pada akhirnya menjadi pertanyaan buat diriku. Bagaimana hal yang datang secara tiba-tiba maupun yang datang apa adanya, aku harus memaknainya. Apa hal yang datang apa adanya dalam kehidupanku memang hanya suatu hubungan sederhana saja layaknya hubungan kausalitas atau mungkin hal yang datangnya secara tiba-tiba datang dalam kehidupanku suatu hal yang begitu monumental atau mungkin kedua hal tersebut harus kutertawakan saja.

Minggu, 26 Oktober 2008

DARI WANAYASA,CIATER DAN LEMBANG BERPINDAH TEMPAT MENUJU PANGANDARAN,CIJULANG DAN BATU KARAS

“Kau bunuh hatiku saatku bernafas untukmu” (Tega- Glen Fredly)


“Cause I need you,like a dragonfly wings need the wind, like the orphan needs home once again, like heaven needs more to come in. I need you here like always been” (priceless- copeland)



Tepat sabtu pagi kemarin aku pergi bersama teman-temanku menuju Purwakarta. Pergi kali ini aku sedikit malas dikarenakan tidurku sebentar pada malam sebelum keberangkatanku. Kepergianku kali ini sungguh biasa-biasa saja dikarenakan Purwakarta tak sanggup menghibur jiwa malangku ini.

Memang Purwakarta saat itu tidak mampu memberikanku kesenangan buatku. Dan pada awalnya aku kesal tapi aku dapat memaafkannya kali ini. Dapat kumaafkan karena ternyata dari tetangganya yaitu Wanayasa, Ciater dan Lembang punya inisiatif sendiri untuk menghiburku. Itupun pada awalnya menghibur.


Malamnya di Purwakarta aku dan teman-temanku memutuskan untuk pulang sebelum fajar tiba. karena intinya kita tidak mendapatkan hal yang baru disana. Kita pergi sesuai kesepakatan dan mulailah perjalanan pulang kita berawal. Pagi kala itu buatku begitu menyegarkan dan menyejukan. Karena terasa sekali begitu mesranya pepohonan,rerumputan dan kicauan burung menyambutku saat itu.Sudah begitu mesranya, aku juga dimanjakan oleh tarian kabut tipis yang menari-nari dipermukaan telaga.

Setelah setengah perjalanan pulang ternyata alam tidak bosannya untuk terus mengiringi kepulanganku. Kali ini matahari terbit dengan congkaknya. Sangat terang dan menghangatkan sehingga menambah kesan bahwa dirinyalah yang membuat disekelilingku tampak hijau dan memukau. Aku memuja semua yang kulihat dan kurasakan saat itu sampai-sampai aku berteriak dan membuat gema di setiap celah dan sudut tempat yang kulewati yang berisi rasa girang dan hilangku. Girang karena terpukaunya diriku melihat keindahan alam dan kehilangan karena wanita yang sangat kukasihi sudah tidak ada dalam pandanganku.

Dalam teriakanku rasanya waktu berputar kembali ke tangggal 6 September 2007. Ketika aku pergi bersamanya untuk bersenang-senang di alam terbuka. Yang ada disana hanya ada perasaan bahagia dari kita. Karena untuk pertama kalinyalah kita pergi keluar kota berdua.

Aku akui ingatan itu terpatri mantap di dalam ingatanku. Dalam semua hal yang pernah kita lakukan dulu disana dari hal yang romantis hingga hal yang bodoh. Jadi apakah kamu ingat kita pernah melakukan pembicaraan dengan seorang nenek yang dirinya termasuk salah satu korban dari amukan Tsunami yang selamat? Apakah kamu pernah ingat sewaktu kita tidak diberikan selimut di tempat penginapan kita lantas aku rela menjadikan tubuhku menjadi selimutmu di sepanjang malam tidur kita? Apakah kamu pernah ingat kamu dulu pernah semangat sekali memboncengiku dengan batrix lantas terlihat orang bahwa aku pria aneh, karena diboncengi,membawa tas wanita dan memegangmu sangat erat?apakah kamu pernah ingat kita menunggu matahari terbenam sambil ditemani pasir basah dan deburan ombak?apakah kamu pernah ingat ketika kita mengabadikan diri kita di pesisir pantai dengan menggunakan handphone bututku? Apakah kamu pernah ingat kita main ayunan? Apakah kamu pernah ingat kita dapat kemudahan dalam pembiyaan travel yang mengantarkan kita ke banyak tempat? Apakah kamu pernah ingat kita berkunjung ke tempat produksi gula merah yang bahan bakunya dari air nira? Apakah kamu pernah ingat kita melihat dalang yang pintar berbahasa Inggris itu memainkan wayang goleknya? Apakah kamu pernah ingat kamu mau menikah denganku di Green Canyon saat waktunya tiba nanti? Apakah kamu pernah ingat betapa kau terpukaunya melihat laju air yang terpantul sinar matahari sehingga seperti kaca bening kita melihatnya? Apakah kamu pernah ingat kita melihat ikan yang bisa hidup daratan? Apakah kamu ingat sesampainya di Batu Karas aku anggap pantai tersebut biasa-biasa saja? Apakah kamu pernah ingat aku terjatuh di karang lantas berdarah dan kamu hanya tertawa saja karena aku disitu terlihat bodoh? Apakah kamu pernah ingat kamu tidak membolehkanku minum bir saat itu? Apakah kamu pernah ingat disaat kedua orang bule itu makan kepiting saus tiram kita hanya makan bala-bala saja? Apakah kamu pernah ingat selama kepulangan kita kamu tertidur dari awal perjalanan hingga akhir perjalanan di pundakku?

Masih ingatkah kamu bahwa sampai saat ini aku masih mencintaimu, Mengharapkan datangnya kamu ke dalam dekapanku lagi?Masih ingatkah?